
Siklus 4 tahun Bitcoin muncul dari peristiwa halving, yaitu pengurangan imbalan bagi penambang setiap 210.000 blok. Mekanisme ini membuat pasokan baru Bitcoin semakin berkurang, menciptakan kelangkaan yang secara historis memicu kenaikan harga. Pola ini telah diamati sejak awal perjalanan Bitcoin dan hingga kini masih dianggap sebagai fondasi penting dalam analisis pasar crypto.
Baca juga: Perjalanan Harga Awal Bitcoin hingga Rekor Tertinggi
Sejarah dan Pola Pergerakan Harga
Dalam beberapa dekade terakhir, pergerakan harga Bitcoin menunjukkan pola berulang yang berkaitan erat dengan siklus empat tahunan. Setelah setiap halving, harga cenderung mengalami kenaikan besar yang berujung pada puncak baru, sebelum akhirnya masuk ke fase koreksi dan konsolidasi.
Pada 2013, 2017, dan 2021, fenomena ini tampak jelas, di mana lonjakan harga besar terjadi setahun setelah halving. Siklus ini membuat banyak investor percaya bahwa pasar Bitcoin memiliki ritme alamiah yang dapat dipelajari.
Apakah Masih Relevan di 2025?
Ada dua pandangan besar soal relevansi siklus empat tahunan saat ini.
Pendukung Kelangsungan Siklus
Beberapa analis tetap optimis siklus tetap relevan. Data on‑chain terbaru dari Glassnode menunjukkan pergerakan harga Bitcoin masih mencerminkan pola historis—terutama perilaku investor jangka panjang saat terjadi euforia profit-taking.
Analis seperti CRYPTOBIRB berargumen bahwa mekanisme halving sudah terprogram secara matematis dan diperkuat oleh korelasi antara pasar kripto dan pasar tradisional (tradfi), misalnya melalui ETF.
Mereka yang Meragukan
Namun, banyak ahli menilai pasar kini telah berubah secara struktural. Jason Williams menunjukkan bahwa akumulasi besar oleh perusahaan treasury hampir mencapai satu juta BTC—memudarkan efek halving tradisional.
Pierre Rochard juga menekankan bahwa fungsi halving kini “immaterial” karena 95% pasokan Bitcoin telah beredar, sehingga pergerakan harga lebih dipengaruhi oleh permintaan institusional, ETP, dan aksi pasar lainnya.
Ada juga yang menyoroti bahwa siklus ini telah terganggu oleh faktor eksternal seperti persetujuan Spot ETF yang berpengaruh signifikan terhadap harga sebelum dan sesudah halving, serta kebijakan moneter dan regulator global.
Implikasi untuk Investor
Bagi investor, siklus 4 tahun Bitcoin tetap bisa dipakai sebagai referensi historis, tetapi jangan dijadikan patokan tunggal. Beberapa poin penting:
- Gunakan siklus untuk melihat fase pasar (bullish, bearish, konsolidasi).
- Selalu kombinasikan dengan analisis makro dan regulasi.
- Perhatikan peran institusi dan arus modal global.
Strategi Menghadapi Siklus
Investor bisa menyusun strategi praktis dengan memadukan pola siklus dan kondisi pasar terkini:
- Investor jangka panjang: akumulasi saat harga rendah, kurangi eksposur saat mendekati puncak.
- Trader jangka pendek: manfaatkan volatilitas di tengah perjalanan siklus.
- Manajemen risiko: gunakan stop-loss, diversifikasi, dan jangan terlalu terpaku pada prediksi waktu halving.
Baca juga: Apakah Bitcoin Zero-Sum Game? Ini Penjelasan Lengkapnya
Kesimpulan
Siklus 4 tahun Bitcoin masih relevan sebagai acuan, tetapi pengaruhnya kini tidak lagi mutlak. Pasar yang semakin kompleks dengan masuknya institusi besar dan faktor global menjadikan pola historis hanya salah satu bagian dari puzzle besar bernama crypto. Investor yang mampu menggabungkan pemahaman siklus dengan analisis makro dan perilaku pasar akan berada pada posisi lebih kuat untuk bertahan dan meraih keuntungan.
Siap memantau siklus pasar crypto dengan mudah? Download Mobee sekarang dan nikmati trading modern dengan fitur charting interaktif serta notifikasi real-time untuk setiap peluang investasi.