
Penggunaan aset kripto terus bertambah di berbagai negara. Bukan hanya untuk investasi, tapi juga sebagai alternatif sistem keuangan dan alat transaksi lintas batas.
Laporan terbaru Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 memperkirakan jumlah pengguna kripto di seluruh dunia sudah mendekati 600 juta orang.
Artinya, kripto sudah berkembang jauh dari sekadar tren sesaat. Aset digital kini punya peran nyata dalam ekonomi global, terutama di kawasan Asia dan Amerika.
Jumlah Jutawan Kripto Terus Bertambah
Bersamaan dengan naiknya minat masyarakat, jumlah pemilik kekayaan besar dari aset digital juga melonjak tajam. Menurut Henley Crypto Wealth Report 2025, ada sekitar 241 ribu orang di dunia yang memiliki aset kripto senilai lebih dari US$1 juta, naik 40% dibanding tahun lalu.
Dari total kekayaan kripto global, sekitar 60% masih berasal dari Bitcoin, menegaskan posisi mata uang digital pertama itu sebagai penyimpan nilai utama di industri ini. Selain itu, terdapat 450 centi-millionaires (aset ≥ US$100 juta) dan 36 miliarder kripto di seluruh dunia.
Lonjakan ini dipicu oleh kenaikan harga Bitcoin, kehadiran ETF kripto di Amerika Serikat, dan meningkatnya keterlibatan lembaga keuangan besar. Kini, kapitalisasi pasar aset digital dunia sudah menyentuh US$3,3 triliun.
Baca juga: Changpeng Zhao, Pendiri Binance dan Perannya di Kripto
Negara dengan Adopsi Kripto Tertinggi
Kawasan Asia-Pasifik (APAC) menempati posisi terdepan dalam pertumbuhan adopsi kripto global. India, Pakistan, dan Vietnam mendominasi peringkat atas untuk aktivitas ritel, sementara Amerika Serikat unggul dalam partisipasi institusional berkat regulasi yang lebih jelas dan peluncuran ETF Bitcoin.
Berikut daftar 10 negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi pada 2025 menurut Chainalysis:

Posisi Indonesia sedikit turun dari peringkat ke-3 di tahun 2024 menjadi ke-7 tahun ini. Tapi penurunan itu lebih disebabkan oleh perubahan metodologi Chainalysis, yang kini memberi bobot lebih besar pada aktivitas institusional ketimbang ritel.
Dari sisi pengguna individu dan aktivitas DeFi, Indonesia masih termasuk yang paling aktif di dunia.
Pertumbuhan Ekosistem Kripto di Indonesia
Menurut data Bappebti, jumlah investor aset kripto di Indonesia mencapai 14,78 juta orang per Mei 2025 atau naik 4,35% dibanding tahun sebelumnya.
Dalam bulan yang sama, nilai transaksi kripto mencapai Rp49,57 triliun, menandakan aktivitas pasar yang tetap kuat meski volatilitas harga tinggi.
Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ini antara lain:
- Akses mudah ke platform perdagangan kripto lokal.
- Meningkatnya literasi finansial digital di kalangan muda.
- Regulasi yang semakin jelas dan dukungan dari lembaga keuangan nasional.
Dengan potensi pasar besar dan tingkat partisipasi tinggi, Indonesia kini dianggap sebagai salah satu pusat penting ekosistem kripto di Asia Tenggara.
Dampak dan Peluang ke Depan
Meningkatnya adopsi kripto dunia menandai pergeseran besar dalam sistem keuangan global. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Institusi finansial mulai masuk pasar kripto. Produk berbasis blockchain seperti ETF dan stablecoin memperkuat legitimasi aset digital.
- Negara berkembang jadi motor utama pertumbuhan. Seperti India dan Indonesia, kripto digunakan untuk remitansi, investasi, dan perlindungan nilai.
- Inovasi DeFi dan Web3 memperluas utilitas kripto. Aset digital kini digunakan untuk pembiayaan proyek, NFT, hingga sektor kreatif.
Bagi investor dan masyarakat umum, tren ini menunjukkan bahwa kripto sudah memasuki fase adopsi massal. Memahami teknologi dan cara kerja aset digital sejak dini menjadi langkah penting agar tidak tertinggal dari perubahan besar ini.
Pada akhirnya, pertumbuhan pesat adopsi kripto di seluruh dunia menunjukkan bahwa perubahan besar dalam sistem keuangan sudah dimulai. Bukan lagi soal siapa yang paling cepat membeli, tapi siapa yang paling siap memahami arah baru ekonomi digital.
Baca juga: Whale Artinya di Kripto, Strategi Investor Besar Menggerakkan Pasar
Bagi Indonesia dan jutaan pengguna lain di dunia, kripto bukan hanya aset, melainkan bagian dari cara baru berinteraksi dengan nilai, teknologi, dan masa depan finansial yang lebih terbuka.
